Duaratus lima puluh ribu rupiah.
Whoaaaa!!!
Ini angka yang cukup dramatis untuk ukuran anak kos. Bayangkan, tagihan listrik bulan Desember 2011 sebesar 250 ribu. Untuk anak kos, dan itu perlu digarisbawahi.
Apa sih yang dipakai anak kos? Tidak banyak. Bulan lalu kami baru membeli TV dan kami tonton bersama. Jadi biayanya kami cicil bersama. Sedangkan untuk yang lain-lainnya masih tetap seperti sediakala.
Di kos nomor sembilan ini, aku tinggal bersama Dekda dan Nanda. Keduanya saudara kandung yang amat akur. Aku dan mereka memakai perlengkapan elktronik yang sama. Uraian tarif pemakaian benda elektroniknya juga sudah tertulis jelas di atas kertas dan ditempel di dinding ruang tamu. Semua orang bisa membaca tarif pemakaiannya dnegan jelas.
Aku dan mereka tidak jauh berbeda tagihannya. Bisa dikatakan sama. Bedanya aku tidak memakai blender. Itu disebabkan karena aku mengambil katering alias jarang masak. Kalau diharuskan masak, aku juga tidak akan menggunakan blender, tetapi lebih bersifat praktis seperti ceplok telur ayam dan masak sayur bening saja. Jadi letak mahalnya mereka hanya dua ribu rupiah saja.
Setelah aku pikir-pikir apa penyebab mahalnya tagihan listrik bulan ini, itu karena penggunaan listrik Ibu kos dan kami para anak kos jauh berbeda. Sementara kami berada dalam satu tagihan. Ibu kos kami alat rumah tangganya lebih komplet dan tagihannya mahal sekali. Mesin cuci, kulkas. Oh...!!
Akhir-akhir ini Ibu kos rajin mencuci malam dan air sanio menyala sampai tiga jam nonstop. Penampungan kami yang kecil mengharuskan kami menyalakan sanio air setiap mandi, mencuci pakaian atau piring. Terkadang aku kesal jugam tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah resiko tinggal di kos ini. Kos nomor sembilan. Bagaimanapun inilah konsekuensi yang harus aku terima.
Masalahnya kami tak seorangpun berani memprotes tagihan yang lebih mahal. Bagaimana cara ngomongnya dengan bapak dan Ibu kos yang baik hati dan tidak sombong itu yaa...?
Para blogger, please.... help me!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar