Best views

Sabtu, 17 Desember 2011

Mimpi Itu Firasat


Sudah beberapa malam berturut-turut, aku mengalami mimpi yang sama. Mimpi yang aneh tetapi seperti firasat.
Seolah aku berada di suatu tempat. Ruang kuliah LP3I yang nyaman. Selain berkarpet dan ber AC, tempatnya juga nyaman. Sepi dan pengap. Aku sedang duduk membaca di ruangan dengan blazerku. Bukan buku Komunikasi Bisnis yang aku baca, tetapi sebuah novel cinta yang membuatku terus tersenyum.
Suara pintu digeser membuatku menoleh. Seorang gadis berseragam hitam putih (seragam PPL) masuk. Di tangannya sebuah pisau dengan dua sisi mata yang tajam berkilat. Dia melirikku dengan seringai yang tajam. Aku hanya menatapnya.
“Ada apa ya? Cari siapa?” Tanyaku.
Dia tidak menjawab. Merasa akan terjadi sesuatu yang buruk, aku memasukkan novel ke dalam tas dan bangkit. Aku pikir, ini orang gila!
Sebelum sempat menghindar, dia sudah menyerangku. Aku tejatuh. Tangannya terangkat tinggi dengan tatapan sedingin es. Aku coba menghindar lagi. Pisau itu menghujam meja dan dia kesulitan menarik pisaunya. Saat dia sedang sibuk itu, aku berlari keluar tanpa memakai sepatu.
Ruanganku dekat tangga. Aku menuruni tangga secepat kilat dan keluar dari lobi resepsionis. Berharap bisa meminta bantuan pada mereka. Nyatanya tidak. Tak seorangpun ada di sana. bahkan mahasiswa yang biasanya nongkrong di sana dengan teman-temannya. Aku semakin panik saat aku pintu tidak bisa dibuka.
Kudorong keras-keras pintu kaca tersebut. Saking kerasnya aku sampai terpelanting ke luar. Aku berlari terus sebelum gadis gila itu melihatku. Sayangnya, aku kalah gesit. Ntah darimana dia datang. Tiba-tiba sebuah Mio berlari mengejarku.
Dalam seketika tempat kejadian perkara berubah. Tidak lagi di Peunayong. Kini kami berada ntah dimana. Seperti lahan kosong yang tak berwarga.
Dia masih mengejar-ngejar aku dengan mio-nya. Pisau itu masih berkilat mengarah padaku. Suaraku tak keluar. Aku ingin minta tolong. Kuperhatikan wajah gadis itu. sepertinya aku pernah melihatnya, tapi ntah dimana. Aku lupa. Dia tak begitu cantik. Kulitnya putih dengan taburan jerawat di sana sini.
Aku terjatuh dan dia berhasil menguasaiku. Saat aku ingin menanyakan padanya apa salahku, aku tersentak bangun.
Aku berada di kamarku. Di atas kasur busa yang mulai menipis dengan sprei merah menyala motif bunga abstrak. Bed cover dan bantal serta gulingnya senada. Malam ini begitu dingin. Menusuk hingga ke tulang. Jam digital di ponselku bertuliskan angka 1.00. mimpi itu datang antara jam satu sampai jam tiga.
Sebelum aku menulis di sini, aku sudah bercerita pada teman dekat dan orang yang paling aku percayai. Mereka mengatakan aku lupa membaca doa tidur dan lupa cuci kaki. Ada juga yang mengatakan bahwa aku tidak mandi setelah melewati perjalanan jauh. Ini merupakan kebiasaan yang buruk.
Menurutku tidak begitu. Aku baca doa. Bahkan doa tidur yang panjang dari majmu’ syarif kamil. Doa itu memang tidak pernah lagi kutempel di dinding untuk kuhapal. Seperti penjelasanku pada cerita Ketidakwarasan Padaku, manajemen waktu dan diriku semakin buruk akhir-akhir ini. Soal mandi, memang iya. Aku akui itu. terkadang waktu mulai gelap, aku menghindari mandi malam. Apalagi magrib.
Menurutku, mimpi itu bukan hanya sekedar bunga tidur. Apalagi kalau muncul berturut-turut. Tetapi itu sejenis firasat. Namun sampai detik ini, saat aku memposting cerita ini ke blog dan membaginya ke jejaring sosial, aku tidak tahu firasat apakah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar